Sabtu, 15 April 2017

Transkripsi Analisis Musik




TRANSKRIPSI DAN ANALISIS MUSIK
LAGU HALO HALO BANDUNG

 
Oleh :
PUTRI JOHANA
14023026


JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2016




A.    TEMPO
Tempo adalah tanda yang menunjukkan kecepatan relative yang dipakai dalam komposisi yang dianggap mampu untuk mengangkat “jiwa atau roh” dari pada lagu tersebut (Drs.Jagar Lumbantoruan, M.Hum, 2013: 24-25).
Syafiq (2004: 66) menjelaskan bahwa tempo adalah cepat lambatnya sebuah lagu atau instrumen, meskipun jenisnya  sangat banyak, pada dasarnya tempo dibagi menjadi tiga jenis yaitu lambat,  sedang, dan cepat.
Tempo pada lagu “Hallo-hallo Bandung” adalah Dimarcia. Dimarcia adalah tempo mars atau seperti orang yang sedang berjalan di tempat. Tempo Dimarcia  dalam hitungan  metronome maelzel adalah sekitar 100-120 MM.




B.     TIME SIGNATURE

Time Signature adalah tanda birama. Time signature digunakan untuk menentukan jumlah ketukan dalam 1 bar/birama. Time Signature pada umumnya terdiri dari 2 angka, di atas dan di bawah. Angka yang di atas artinya jumlah ketukan dalam 1 bar. Angka yang di bawah artinya menunjukkan nilai not pada 1 ketukan.
Pada lagu “Hallo Hallo Bandung” terdapat 4/4 time signature, karena di dalam setiap bar ada 4 ketuk, dan nilai not pada 1 ketukan adalah ¼ .





C.    INTERVAL
Interval adalah sebuah jarak antara nada satu ke nada yang lainnya. Baik jarak nada ke atas atau jarak nada ke bawah (Wikipedia).
            Interval memiliki beberapa macam yaitu :
1.      Prime : yaitu interval nada dari nada satu ke nada yang sama. Misalnya dari nada do ke do.
2.      Second : yaitu interval nada dari nada satu ke nada kedua di atas atau di bawahnya. Misalnya nada do ke re.
3.      Terts : yaitu interval nada dari nada satu ke nada ketiga. Misalnya do ke mi.
4.      Quart/Kuart : yaitu interval dari nada ke satu ke nada keempat diatasnya. Misalnya nada do ke fa, re ke sol, mi ke la, dsb.
5.      Quint/Kuint : adalah interval lima nada
6.      Sekt : adalah interval enam nada
7.      Septim : adalah interval tujuh nada
8.      Oktaf : adalah interval delapan nada


Dalam lagu Hallo Hallo Bandung Ciptaan Ismail Marzuki terdapat interval sebagai berikut :



Interval lagu Hallo Hallo Bandung :
Bar 1 :
Jarak antara (d-b) yaitu 4 ½ maka disebut M6 (Sekt Mayor).
Bar 2 :
Jarak antara (b-a) adalah 1 maka disebut M2 (Second Mayor)
Jarak antara (a-fis) adalah 1 ½ maka disebut m3 (terts minor).
Bar 3 :
Jarak antara (fis-a) adalah 1 ½ maka disebut m3 (terts minor).
Jarak antara (a-g) adalah 1 maka disebut M2 (mayor second).


Jarak antara (g-d)  adalah 2 ½ maka disebut P4 (Kuart Perfect).
Jarak antara (d-e) adalah 1 maka disebut M2 (Mayor Second).
Jarak antara (e-fis) adalah 1 maka disebut M2 (Mayor Second).
Bar 4 :
Jarak antara (fis-g) adalah ½ maka disebut m2 (second minor),
Jarak antara g-fis adalah ½ maka disebut m2 (second minor)


Jarak antara fis-e adalah 1 maka disebut M2 (mayor second),
Jarak antara e-d adalah 1 maka disebut M2 (mayor second).
Bar 5 :
Jarak antara d-fis adalah 2 maka disebut M3 (terts mayor),
Jarak antara fis-d adalah 2 maka disebut M3 (terts mayor),
Jarak antara d-c adalah 5 maka disebut m7 (septim minor),


Jarak antara c-b adalah ½ maka disebut m2 (second minor)
Jarak antara b-a adalah 1 maka disebut M2 (Mayor Second).
Bar 6 :
Jarak antara a-b adalah 1 maka disebut M2 (mayor second),
jarak antara b-a adalah 1 maka disebut M2 (mayor second),
Jarak antara a-a adalah 0 maka disebut P1 (prime).
Jarak antara a-g adalah 1 maka disebut M2 (Mayor Second).

Bar 7 :
Jarak antara g-fis adalah ½ maka disebut m2 (second minor),
Jarak antara fis-a adalah 1 ½ maka disebut m3 (terts minor),
Jarak antara a-d adalah 2 ½ maka disebut P4 (kuart perfect),
Jarak antara d-e adalah 1 maka disebut M2 (mayor second).
Bar 8 :
Jarak antara e-b adalah 3 ½ maka disebut P5 (kuint perfect),


Jarak antara b-d adalah 1 ½ maka disebut m3 (terts minor)
Bar 9 :
Jarak antara d-b adalah 4 ½ maka disebut M6 (sekt mayor) ,
Jarak antara b-a adalah 1 maka disebut M2 (mayor second) ,
Jarak antara a-fis adalah 1 ½ maka disebut m3 (terts minor).
Bar 10 :
Jarak antara fis-a adalah 1 ½ maka disebut m3 (terts minor).



Jarak antara a-g adalah 1 maka disebut M2 (mayor second).
Jarak antara g-d adalah 2 ½ maka disebut P4 (kuart perfect).
Jarak antara d-e adalah 1 maka disebut M2 (mayor second),
Jarak antara e-fis adalah 1 maka disebut M2 (mayor second).
Bar 11 :
Jarak antara fis-g adalah ½ maka disebut m2 (second minor).



Jarak antara g-b adalah 2 maka disebut M3 (terts mayor),
Jarak antara b-c adalah ½ maka disebut m2 (second minor).
Jarak antara c-b adalah ½ maka disebut m2 (second minor).
Bar 12 :
Jarak antara b-e adalah 2 ½  maka disebut P4 (kuart perfect).
Jarak antara e-e adalah 0 maka disebut prime.



 Jarak antara e-fis adalah 1 maka disebut M2 (mayor second).
Bar 13 :
Jarak antara fis-g adalah ½ maka disebut m2 (second minor).
Jarak antara g-fis adalah ½ maka disebut m2 (second minor).
 
Jarak fis-a adalah 1 ½ maka disebut m3 (terts minor).
Jarak antara a-g adalah 1 maka disebut M2 (mayor second).



Jarak antara g-fis adalah ½ maka disebut m2 (second minor).
Jarak antara fis-e adalah 1 maka disebut M2 (mayor second).
Bar 14 :
 Jarak antara e-d adalah 1 maka disebut M2 (mayor second).
Jarak antara d-b adalah 1 ½ maka disebut m3 (terts minor).
Jarak antara b-d adalah 1 ½ maka disebut m3 (terts minor).


Jarak antara d-g adalah 2 ½  maka disebut P4 (kuart perfect).
Jarak antara g-b adalah 2 maka disebut M3 (terts mayor).
Jarak antara b-b adalah 0 maka disebut prime.
Jarak antara b-c adalah ½ maka disebut m2 (second minor).
Bar 15 :
Jarak antara c-b adalah ½ maka disebut m2 (second minor).



Jarak antara b-a adalah 1 maka disebut M2 (mayor second).
Jarak antara a-a adalah 0 maka disebut prime.
Jarak antara a-e adalah 2 ½ maka disebut P4 (kuart perfect).
 Jarak antara e-fis adalah 1 maka disebut M2 (mayor second).
Bar 16 :
Jarak antara fis-g adalah ½ maka disebut m2 (second minor).  


D.    MOTIF
Motif merupakan struktur lagu yang paling kecil dan mengandung unsur musikal. Prier (2011: 3) menjabarkan pengertian motif sebagai sepotongan lagu atau sekelompok nada yang merupakan suatu kesatuan dengan memuat arti dalam dirinya sendiri. Karena merupakan unsur lagu, maka sebuah motif biasanya diulang-ulang dan diolah-olah.
Banoe (2013: 283) mendefinisikan motif merupakan bagian terkecil dari suatu kalimat lagu , baik berupa kata, suku kata atau anak kalimat yang dapat dikembangkan (mirip sastra bahasa). Motif lagu akan selalu diulang-ulang sepanjang lagu sehingga lagu yang terpisah atau tersobek dapat dikenali ciri-cirinya melalui motif tertentu.
Analisis motif dalam penelitian ini adalah peneliti menganalisis motif melodi dengan tinjauan musikologi. Analisis motif yang digunakan peneliti terdiri  dari:
a.Pengulangan harafiah
b.Ulangan pada tingkat lain (Sekuens)
c.Pembesaran Interval ( Augmentation of the ambitus)
d.Pemerkecilan interval (Diminualtion of the ambitus)
e.Pembalikan (Inversion)
f.Pemerbesaran nilai nada (Augmentation of the value)
g.Pemerkecilan nilai nada (Diminualtion of the value)

Berikut adalah pembahasan tentang motif yang terdapat dalam lagu “Hallo hallo Bandung” yang diteliti dalam kalimat atau bagian-bagian lagu :
1.      Motif bagian A
      


Dalam bagian A lagu “Hallo hallo Bandung” pada birama 1-3 (motif 1) langsung diulang secara harafiah pada birama 9-11 (motif 1). Motif pengulangan harafiah yaitu pengulangan motif yang sama dari notasi maupun ritme, dengan maksud untuk mengintensifkan suatu kesan atau untuk menegaskan suatu pesan (Prier, 1996:27).

           


                                 
Motif (motif 1’) yang masing-masing terletak satu tingkat lebih tinggi daripada motif asli (motif 1). Motif 1’ terletak pada birama 5-7 dan Motif 1 terletak pada birama 1-3. Motif ini dinamakan sekuens naik yaitu sebuah motif dapat juga diulang pada tingkat nada lebih tinggi (Prier, 1996:28).

2.      Motif Bagian B
 



Motif (motif 1’) yang masing-masing terletak satu tingkat lebih tinggi daripada motif asli (motif 1). Motif 1’ terletak pada birama 11-13 dan Motif 1 terletak pada birama 3-4. Motif ini dinamakan sekuens naik yaitu sebuah motif dapat juga diulang pada tingkat nada lebih tinggi (Prier, 1996:28).

3.      Motif Bagian C

4.      Motif Bagian D


5.      Motif Bagian E


6.      Motif Bagian F


7.      FRASE
Prier (2011: 2) mendefinisikan kalimat atau frase adalah sejumlah  ruang birama (biasanya 8 atau 16 birama), biasanya sebuah kalimat musik/periode terdiri dari dua anak kalimat/frase yaitu kalimat pertanyaan (frase antecedence) dan kalimat jawaban (frase consequence). Berikut dijelaskan pengertian frase antesenden dan konsekuen :
(a)                Kalimat pertanyaan (frase antecedence)
Merupakan awal kalimat atau sejumlah birama (biasanya birama1 - 4 atau 1-8) biasa disebut frase tanya atau frase depankarena biasanya ia berhenti dengan nada yang mengambang, umumnya disini terdapat akor dominan.
(b)               Kalimat jawaban (Frase consequence)
Merupakan bagian kedua (biasanya birama 5-8 atau 9-16) biasa disebut frase jawaban atau frase belakang dalam suatu kalimat dalam lagu dan pada umumnya jatuh pada akor tonika.

FRASE PADA LAGU HALLO HALLO BANDUNG
A.    Frase pada Bagian A
Terdapat satu Frase Tanya (Antecedens Phrase) dalam kalimat atau bagian A. Kalimat
 pada birama 1-5 terbagi dalam satu frase, dan frase ini termasuk kalimat atau periode yang diakhiri dengan koma. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat frase tanya birama 1-5 dibawah ini:
B.     Frase pada A’
Terdapat satu Frase Jawab (Consequens Phrase) dalam kalimat atau bagian A’. Kalimat pada birama 9-13 terbagi dalam satu frase dan tidak ada frase tanyanya. Bentuk frase maupun kalimat sama, sehingga bagian ini pengulangan dari kalimat atau bagian A, yaitu A’. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat frase tanya birama 9-13 dibawah ini:


C.     Frase pada bagian B
Kalimat atau bagian B terdiri dari satu Frase Jawab (Consequens Phrase). Terdapat pada birama 5-9. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dibawah ini:

(Frase Jawab)


D.    Frase pada bagian C
Kalimat atau bagian C terdiri dari satu Frase Jawab (Consequens Phrase). Terdapat pada birama 13-16. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dibawah ini:

(Frase Jawab)


E.     PROGRESI AKORD


F.     KADENS
Banoe (2003: 68) Menjelaskan  kadens adalah pengakhiran. Cara yang ditempuh untuk mengakhiri komposisi musik dengan berbagai kemungkinan kombinasi ragam akord, sehingga terasa efek berakhirnya sebuah lagu atau sebuah frase lagu.
Ottman (1961: 69) membagi kadens menjadi kadens Otentik, kadens Picardy Third, dan kadens Plagal. Kadens Otentik terdiri dari:
(1)   The perfect authentic cadence, progresi akor dari Dominan ke Tonika (V-I), dimana nada yang mengisi sopran dengan bass adalah nada root dari triad yang diolah. Kadens ini adalah gerak menutup, biasa disebut convergensi, yakni bahwa nada sopran bergerak menurun (descending) sementara gerak bass menaik (ascending).
(2)   The imperfect authentic cadence, progresi akor dari Dominan ke Tonika (V-I), dimana nada yang mengisi salah satu di antara sopran dengan bass adalah nada root. Berarti nada third atau fifth yang menempati nada sopran atau bass. Gerak kadens ini adalah convergensi.
(3)   The authentif half cadence, progresi akor dari Tonika ke Dominan (I-V), dimana nada yang mengisi bass adalah root dari dominan. Kadens ini adalah gerak membuka biasa disebut disvergensi, yakni bahwa nada pada sopran bergerak naik dan nada bass bergerak turun.
(4)   The Picardie Third, progress akor ini adalah bahwa akhir sebuah lagu yang seharusnya diakhiri dengan akor mayor, menjadi minor dengan cara menurunkan nada third dari akor mayor seharusnya.
(5)   The perfect plagal cadence, progresi akor dari Sub dominan ke Tonika (IV-I), dimana nada yang mengisi sopran dengan bass adalah nada root dari triad yang diolah.
(6)   The imperfect plagal cadence, progresi akor dari Sub dominan ke Tonika (IV-I), dimana nada yang mengisi sopran atau bass adalah nada root.
(7)   The plagal half cadence, progresi akor dari Tonika ke Sub dominan (I-IV), dimana nada yang mengisi bass adalah root dari akor sub dominan. Kadens ini tidak lazim.


Didalam lagu Hallo-hallo Bandung terdapat kadens “The perfect aunthentic cadence”. Karna didalam lagu tersebut terdapat akor dominan ke tonika (V-I) pada akhir lagu tersebut.
G.    TEKNIK YANG DIGUNAKAN


Teknik yang digunakan adalah Augmentasi terdapat pada birama ke 2-3 dan birama ke 6-7, dimana terjadi pengulangan motif dengan menambah panjang (durasi) nadanya.



H.    INTERPRETASI LIRIK “Hallo-hallo Bandung”
Lirik merupakan salah satu unsur sastra seperti yang dikemukakan oleh M. Atar Semi (1988: 106) Lirik ialah puisi yang sangat pendek yang mengungkapkan emosi. Lirik juga dapat diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, karena ia disusun dalam susunan sederhana dan mengungkapkan sesuatu yang sederhana pula.
Dan pada bagian lain dikemukakan oleh Miller melalui Brahmantyo; Secara jelas perbedaan yang paling besar antara medium instrument dan medium vocal adalah kemampuan vocal untuk menyampaikan ide melalui kata-kata. Teks atau syair memiliki hubungan yang rapat di dalam komposisi vocal. 
Lagu yang diciptakan oleh Ismail Marzuki pada tahun 1946, meliputi unsur musikalitas lirik, isi lirik dan suasana yang terdapat didalam lirik lagu tersebut sebagai berikut:
1).  Analisis Musikalitas Lirik
Lirik yang terdapat pada sebuah lagu karya seni musik sama halnya dengan tatanan ataupun unsur-unsur yang ada pada Bahasa dan Sastra Indonesia, seperti di dalam seni musik dikenal dengan bunyi, nada, not, irama, motif, frase, kalimat musik dan lagu secara keseluruhan. Dengan kata lain untuk memperindah sebuah karya sastra diperlukan dinamika dan tempo yang akan mewarnai karya-karya tersebut. Hal itu dapat kita lihat pada tabel perbandingan Seni Musik dan Bahasa Indonesia di bawah ini:
a.       Seni Musik
-          Nada/Not
-          Motif
-          Frase
-          Kalimat Musik
-          Lagu Secara Keseluruhan
b.      Bahasa Indonesia
-          Huruf
-          Kata
-          Frase
-          Kalimat
-          Karya Sastra
Jamalus (1992:103) Unsur seni musik diantaranya adalah bunyi yang sudah teratur (not/nada), sedangkan unsur bunyi pada lirik lagu “Hallo hallo Bandung” dapat dilihat dari segi bentuk lirik lagu yang tergolong kepada sajak dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan menentukan rima atau sajak akhir.
Secara sederhana rima berarti persamaan bunyi. Menurut Pradopo (1987:167) mengemukakan rima atau sajak adalah pola estetika bahasa berdasarkan ulangan suara yang diusahakan dengan kesadaran. Sedangkan irama secara sederhana dikemukakan oleh Doreski (1988:167) dapat diartikan sebagai pengulangan bagian bunyi secara teratur, atau irama adalah pengulangan bunyi yang ditekan atau tidak ditekankan.
Sebuah lagu terdiri dari beberapa kalimat musik dengan jumlah yang bermacam-macam seperti juga kalimat-kalimat pada puisi/sajak. Hal ini juga dipertegas oleh ciri-ciri sajak yang lebih bersifat satuan irama, satuan bunyi. Kedua hal ini akan memberikan keindahan atau estetika dalam sebuah karya musik.
Lirik Lagu Hallo Hallo Bandung terdiri atas dua bait seperti yang ada di bawah ini:
Hallo Hallo Bandung
Cipt. Ismail Marzuki (1946)
Hallo Hallo Bandung
Ibukota Periangan
Hallo Hallo Bandung
Kota kenang-kenangan

Sudah lama beta
Tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali


a.)    Bait Pertama
Pada bait pertama lagu Hallo Hallo Bandung mempunyai huruf akhir g-n-g-n atau dapat dikatakan bahwa lirik lagu pada bait pertama memakai pola rima atau sajak A-B-A-B.
a.)    Bait Kedua
Bait kedua lagu Hallo Hallo Bandung menggunakan pola huruf akhir a-u-i-i, dengan kata lain mempunyai pola rima/sajak akhir A-B-C-C.
Kalau diperhatikan hasil analisis pola rima/sajak di atas, dapat disimpulkan bahwa lirik lagu Hallo Hallo Bandung menggunakan pola rima/sajak yang kadang teratur, kadang tidak teratur dan secara keseluruhan lirik lagu tersebut dapat digolongkan ke dalam bentuk sanjak atau sajak.
Jakob Sumarjo (dalam Nil Ikhsan 1992:48) mengemukakan tentang pengertian atau batasan sanjak/sajak, yaitu sanjak dan sajak lebih menekankan pada bentuk, bunyi ditekankan pada huruf terakhir di setiap kalimat, mempunyai kesamaan bunyi pada huruf yang terakhir dan berpasangan seperti pada bunyi pantun, ada yang bebas dari persamaan bunyi asal ada irama dan sebagainya, maka bentuk ini disebut dengan sajak.
2.) Analisis Isi Lirik
Lagu merupakan penuangan ide, gagasan pencipta lagu ke dalam bentuk karya musik/lagu dan dilengkapi dengan lirik yang membantu para penikmatnya untuk mengetahui maksud apa yang akan dituangkan oleh pencipta lagu tersebut.
William Blake dalam Guntur Tarigan (1984), menyatakan bahwa penyair/pencipta lagu adalah orang yang dapat melihat masa kini, masa lalu, dan masa depan dengan imajinasinya yang kuat. Dan diperkuat lagi oleh Pradopo (1987: 7) dalam Hasanudin WS (2002: 34) bahwa sajak dibentuk oleh beberapa unsur, antara lain emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, susunan kata-kata, kata-kata kiasan dan kepadatan. Semua itu terungkap dalam unsur bahasa.




a.)    Bait Pertama
Sanjak/sajak terdiri dari dua bagian, pertama: bagian sampiran, yang berisikan kiasan, kedua: bagian isi, yang menyatakan maksud ataupun makna sajak tersebut. Maksud yang ingin disampaikan oleh pencipta pada bait pertama ini adalah merupakan sapaan pada kota Bandung.  Para pemuda Medan sering menggunakan kata “Hallo” untuk menyapa Kota Bandung tercinta yang nampak di kejauhan. Pemuda Medan terinspirasi dari film cowboy yang marak saat itu. Sapaan ini terus diucapkan berulang kali sehingga terciptalah kalimat “Hallo hallo Bandung”.
Para pejuang mencari insprirasi lirik berikutnya dan kebetulan ketika itu Bandung menjadi Ibu Kota Keresidenan Periangan sehingga tercipta lirik “Ibu Kota Periangan”. Lirik berikutnya merupakan ungkapan sebuah kenangan karena kota Bandung yang sudah lama ditinggalkan menjadi kenangan bagi para pejuang, maka terbentuk syair “Kota kenang-kenangan”.
b.)    Bait Kedua
Pada bait kedua ini, Pertemuan para pemuda Ambon yang tergabung dalam Pemuda Indonesia Maluku (PIM) memberikan inspriasi baru karena pemuda Ambon yang lama tidak bertemu dengan pejuang lain celetuk berkata “cukimai! Sudah lama beta tidak bertemu dengan kau!”. Sapaan ini akhirnya dijadikan syair berikutnya “sudah lama beta tidak berjumpa dengan kau”. Yang artinya “sudah lama aku tidak berjumpa dengan kamu”.
Kota Bandung yang telah dijadikan Lautan Api dan gerilya yang sering dilakukan pejuang di malam hari dengan tujuan menyingkirkan NICA dari kota tersebut membuat para pejuang yang multi etnis itu menutup lagu ini dengan lirik “sekarang telah menjadi Lautan Api, mari bung rebut kembali”. Maksudnya disini adalah sekarang kota Bandung telah menjadi Lautan Api, Mari bung (dalam artian untuk semuanya) rebut kembali kemerdekaan Indonesia”.




3.) Analisis Unsur Ide dan Suasana Lirik
            Berdasarkan analisis bentuk lirik yang terkait dengan kajian analisis musikalitas dan analisis isi lirik, maka lagu Hallo Hallo Bandung menggambarkan bagaimana keadaan yang dimaksudkan oleh si pencipta lagu tersebut bahwa si pencipta lagu mengambil ide dari peristiwa saat kota Bandung menjadi Lautan Api.
            Saat itu peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung, provinsi Jawa Barat, Indonesia pada 23 Maret 1946. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk Bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. Hal ini dilakukan untuk mencegah tentara Sekutu dan tentara NICA Belanda untuk dapat menggunakan kota Bandung sebagai markas strategis militer dalam Perang Kemerdekaan Indonesia.
      Jadi suasana yang digambarkan dalam lagu Hallo hallo Bandung adalah penuh semangat, karna masyarakat kota Bandung tidak akan melepaskan kota Bandung walaupun tentara sekutu berusaha untuk menguasai Bandung.  



Terimakasih sudah mampir, semoga bermanfaat :)